Text
Demokrasi Konsensus : kontestasi antara suara voting vs suara permusyawaratan
Kapasitas logika dan piawainya para pendahulu dan pendiri bangsa (founding father) membangun bangsa dan membuat konsep negara lebih kepada dalamnya pijakan efektifitas kualitatif (consensus democracy), berdasarkan norma dan moral sebagai panduan perilaku politik (valutional theory). Oleh karena itu, berdasarkan bentangan empirical theory tersebut, mereka berhasil merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan meletakkan pondasi kehidupan .bernegara dan berbangsa. Dealetika politik tesis-anti tesis dan sintesis menjadi tradisi politik kelas tinggi yang mereka kembangkan, mereka tak malas berdebat dan berdiskusi, terbiasa berbeda pendapat, pikiran dan ide. Berkaca dari masa ke masa, dari pengalaman demi pengalaman, secara "terpaksa" dapat disimpulkan bahwasanya demokrasi di Indonesia saat ini lebih cenderung mengarah pada sistem demokrasi liberal dan kapitalis, belakangan menguat habitus politik voting yang menjadi dewa elektoral. Wakil rakyat lebih menonjolkan efektifitas basis kuantitatif dari pada dimensi segmen kualitatif dalam mengambil kebijakan strategis (decision making) yang bersentuhan dengan kepentingan nasional (national interest). DEMOKRASI KONSENSUS: Kontestasi Antara Suara Voting vs Suara Permusyawaratan". Buku ini kembali mengingatkan agar kembali ke jati diri bangsa Indonesia, yakni berbalik ke-khitah demokrasi pancasila "suara permusyawaratan' yang terdapat dalam sila keempat yakni “Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan. Buku ini sangat layak Anda baca dan menarik untuk dicermati secara kritis, mulai dari trayek perjalanan demokrasi, sampai memotret bagaimana masa depan demokrasi di Indonesia.
Tidak tersedia versi lain